I Called This Privillege

 Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Hari ini aku mau bersyukur sama Allah, alhamdulillah, aku sampe di titik yang sekarang, yang menurutku aku cukup bahagia setelah melewati segala macam roller coaster kehidupan.

Si roller coaster ini emang belum berhenti (karena aku masih hidup dong), tapi hari ini aku perlu bersyukur karena titik ini, hari ini, ngga pernah aku bayangin sebelumnya.

Hidup aku berubah setelah aku punya anak. Yang tadinya bebas kemana-mana sendirian, jadi harus stay terus di rumah 7x24 jam ngurusin anak-anak. Aku ngga keberatan sama sekali sih, karena ini pilihan yang aku pilih sendiri buat jadi stay at home mom. Tapi ngga keberatan tuh bukan berarti ngga mengeluh ya, Gengs! Aku tetap mengeluh ALMOST SETIAP HARI.

Karena ternyata berat sekali aku orang dewasa sendirian, di rumah aja, harus ngurusin 1 anak lalu lanjut 2 anak, masak juga, tanpa ART juga, buat aku yang mudanya udar ider ngga pernah di rumah, ini sangat berat sih.

Belum lagi prahara rumah tangga yang dramanya mashaAllah ya, mending disuruh nyuci piring 1 pekan full deh daripada harus ngadepin drama rumah tangga.

Aku pikir si penderitaan ini tidak akan berakhir. 1 tahun pertama masih gini-gini aja, 2 tahun makin berat, 3 tahun astaghfirulloh, 4 tahun, 5 tahun, 6 tahun, 7 tahun ya Allaaaaaah kok tiada akhir gini.

Ternyata di 8 tahun ini BELUM BERAKHIR JUGA. Tapi Alhamdulillah kayanya aku mulai berdamai dengan keadaan yang memang ngga bisa aku ubah juga. Aku tetap harus stay at home with the children. So, yaudah daripada stress, bolak-balik ke Psikiater, meratapi nasib yang tiada akhir, aku belajar buat menerima keadaan ini dengan (berusaha) baik-baik saja.

Berusaha disini buka fake, bukan menutupi, bukan sok baik-baik saja, tapi benar-benar berusaha diterima dengan baik si keadaan ini.

Alhamdulillah ternyata setelah aku berusaha menerima keadaan, ternyata banyak hal yang bisa aku syukuri di detik ini.

Mungkin aku memang harus sampai di 8 tahun ini dulu, baru bisa mendapatkan setitik kesenangan.

Saat ini aku mulai bisa menahan emosi, karena akhirnya tahu apa yang terjadi dengan Sekar. Mulai bisa menata lagi homeschooling untuk Galang, karena aku bisa fokus setiap harinya dengan hal positif bukan cuma meratapi keadaan.

Alhamdulillah lagi, hubungan aku dengan ibuku juga semakin baik (setidaknya menurutku). Aku mulai bisa mengerti dna menerima bagaimana perlakuan ibu, yang mana sepertinya memang aku yang terlalu egois dan kurang mengerti posisi ibu. Di usianya yang udah lanjut, harusnya aku lebih mentoleransi apapun tentang beliau, karena aku aja belum pernah ada di posisi usia segitu. Aku gatau hormon apa yang dirasakan, aku gatau apa yang dipikirkan di posisi beliau. Yaa semoga Allah mengampuni apapun yang aku lakukan sebelumnya.

Sekarang, seiring dengan membaiknya hubungan dengan ibu, alhamdulillah aku juga jadi merasa lebih aman menitipkan anak-anak dengan ibuku. Aku jadi punya lebih banyak waktu me time.

Pagi-sore aku bareng anak-anak, saat malam ibuku pulang kerja, aku bisa me time karena anak-anak tinggal tidur aja sama utinya. Dan punya waktu me time ini lumayan bikin aku lebih mengontrol emosi sih. Mungkin karena me time ini aku pake buat olahraga ya, jadi hormon dopamin-nya keluar dengan alamiah. Alhamdulillaah.

Jadi, mari kita syukuri keadaan yang sekarang. Apapun masalah yang akan datang nanti, disyukuri dulu aja, karena mungkin itu bentuk Allah menguatkan kita.

Tapi kalau bisa, ujiannya jangan susah-susah ya yaAllah. Aku takut ngga lulus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Happiness Journal #13

Journey Of Happiness

Dibaca Saat Sekar Sudah Cukup Umur Ya.